Penulis: Redaksi
SINAR MEDAN | JAKARTA
Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) menyebutkan, saat ini praktik korupsi merupakan hal biasa sehingga, mereka yang tertangkap adalah sedang bernasib buruk.
KPK menyatakan, bahwa audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) belum bisa mengungkap banyak kasus korupsi, baik di pusat maupun daerah.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata dalam acara Puncak Peringatan Hakordia Kementerian Keuangan Tahun 2022.
Dalam agenda itu, terdapat pengukuhan penyuluh antikorupsi dan ahli pembangunan integritas, serta wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih juga melayani.
Alexander yang menjabat di KPK sejak Tahun 2015 itu menyampaikan, pemberantasan korupsi sejauh ini belum menghasilkan dampak signifikan. Skor terbaru Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia adalah 39, masih berada di bawah rata-rata global yakni 43 dan membuat Indonesia berada di urutan 96 dari 180 negara.
"Saya kok masih merasa orang yang kemudian tertangkap tangan atau berperkara korupsi itu apes, bukan ya kejadian yang luar biasa. Sebetulnya kelakuan yang lain sama, hanya mereka lebih rapi dalam melakukan tindakan dan menyembunyikan kekayaannya lebih rapi," ujar Alexander, Selasa (13/12/2022).
Alexander menilai bahwa, resiko tertangkapnya koruptor saat ini cukup rendah. Hal tersebut membuat para penyelenggara negara di berbagai tingkatan masih merasa nyaman untuk melakukan tindakan korupsi.
"Dalam ekonomi itu, dikenal high risk high return. Nah, ini kebalikannya dengan korupsi, resiko korupsi rendah tetapi menghasilkan penghasilan yang tinggi dalam waktu cepat, singkat. Rendah pak, resiko seseorang itu ketahuan korupsi sangat rendah dan kalau tidak ada yang lapor, enggak ada yang kemudian kami bisa mengungkapnya, pungkas Alexander.
(SM - Redaksi/IG)
